ya, saya masih ingin meneruskan cerita tentang saya yang bekerja di
minimarket. minimarket BEDA dengan supermarket. mungkin itu yang sampai
saat ini banyak orang yang masih belum tau. tidak tahu. atau mungkin
tidak mau tahu.tampilan mungkin hampir sama. tapi minimarket seperti dari namanya, mini; maka minimarket tampil lebih kecil.
dan kalau saya bandingkan, maka minimarket itu tak jauh dari sebuah
toko. hanya saja mungkin terlihat lebih modern karena transaksinya
menggunakan komputer. itu saja.
Tapi masih banyak orang yang
menganggap minimarket itu sangat sama dengan supermarket. tapi sangat
sayangnya adalah, mereka menganggap minimarket sama dengan supermarket,
mereka ingin diperlakukan seperti saat berbelanja di supermarket. tapi
cara berbelanja mereka jauh tak seperti di supermarket.
ini adalah
tema yang pasti saya alami setiap hari ketika saya bekerja. dan mungkin
hampir di semua minimarket pada umumnya. yaitu masih banyak orang yang
menjadikan minimarket hanya sebatas alternatif tempat menukar uang. ya,
masih banyak sekali orang yang datang ke toko saya hanya untuk menukar
uang dengan berpura-pura membeli minuman yang harganya dua ribuan, tapi
uangnya lima puluh ribu! sarap gak tuh orang! padahal saya yakin mereka
gakkan berani melakukannya ke superermarket. bahkan mungkin ke warung.
karena warung akan menolaknya. Tak seperti di supermarket yang mungkin
persediaan uang receh itu sudah ada yang mengelolanya, sehingga tiap
kasir sudah dibekali dengan modal uang receh yang banyak. dan kalau
habis mungkin sang kasir tinggal meminta lagi. tapi tidak di minimarket.
Ini yang mungkin masih banyak orang yang tidak tahu. Kami di minimarket
bisa dibilang mengerjakan semuanya sendiri. termasuk persediaan uang
kecil atau receh. Jangan kira uang receh untuk kembalian yang kami
miliki itu disediakan oleh kantor pusat, atau sudah ada yang
mengelolanya, sehingga kami selalu memiliki persediaan uang receh
sebesar apapun uang anda. TIDAK!! Uang receh yang kami miliki itu adalah
uang receh yang kami cari sendiri dengan berkeliling pasar atau mencari
grosiran yang mau menukarkan uang receh yang mereka miliki dengan uang
besar yang kami bawa. dan itu tidak mudah. tidak semua grosiran mau
menukarkan recehan mereka. dan perlu keberanian dan mental yang kuat
ketika kami menukar uang dengan mereka. apalagi kalau ditolak. ada rasa
malu, dan sebagainya. Ya, mungkin kalau hari-hari biasa, kami bisa
menukar uang ke bank, sekalian sambil setor omset. tapi Bank pun tidak
selalu memiliki uang recehan , tetap tergantung nasabah yang setor hari
itu. jika sudah begitu, kami harus tetap berkeliling pasar untuk mencari
uang recehan. Dan seperti yang kita tahu, Bank sabtu-minggu tutup. Jadi
dua hari itu kita pasti harus mencari recehan ke pasar. Yang lebih
parahnya lagi, justru sabtu-minggu itulah puncaknya orang-orang pada
nuker ke toko kami. Sekarang coba anda bayangkan, kami yang dengan susah
payah mencari recehan, tiba-tiba diserang dengan orang-orang sarap yang
berpura-pura belanja, padahal cuma mau nuker uang. mereka beli minuman
yang harganya cuma dua ribuan, dengan uang lima puluh ribu, atau seratus
ribu!
kalau mereka berbelanja senilai dua puluh ribuan dengan
uang lima puluh ribu, mungkin itu wajar, dan kami akan dengan sangat
senang hati melayaninya. tapi jika ada orang yang dari rumah dengan
tekad kuat di dada menuju toko saya untuk nuker uang dengan nerpura-pura
beli minuman yang harganya dua ribuan. itu sangat menyebalkan! Kami
akan sangat dengan senang hati jika anda berbelanja dengan uang pas atau
setidaknya dengan uang yang wajar. Tapi kalau anda hanya sekedar mau
nuker uang saja, ke bank saja sana. ataw ke pasar, atau ke grosir! Saya
hanya ingin menegaskan kalau minimarket itu bukan tempat menukar uangm
tapi tempat belanja. dan karena persediaan receh kami terbatas, jangan
hobi menukar uang pada kami. jangan merasa gaya ketika kalian membayar
dengan uang lima puluh ribu atau seratus ribu, padahal cuma nuker aja!
#ituhhhhh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar